
INTIMNEWS.COM, PALANGKA RAYA – Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) menanggapi serius lonjakan inflasi pada Maret 2025 yang didorong oleh kenaikan harga pangan selama bulan Ramadan.
Staff Ahli Gubernur Kalimantan Tengah, Yuas Elko, menegaskan bahwa salah satu upaya konkret yang telah dilakukan pemerintah adalah mengimbau seluruh ASN untuk menanam cabai di pekarangan rumah sebagai bentuk ketahanan pangan mandiri.
“Bayangkan jika seluruh warga Kalimantan Tengah menanam cabai di halaman rumah masing-masing. Lonjakan harga di pasar bisa ditekan, karena kebutuhan dapur bisa dipenuhi sendiri,” ujar Yuas Elko dalam pernyataannya, Selasa 8 April 2025.
Ia juga mendorong media untuk menelusuri lebih lanjut program-program dari Dinas Pertanian yang mendukung gerakan ini.
Tanggapan ini muncul setelah Yuas berada di Kantor BPS Provinsi Kalteng membahas tentang hasil rilis data resmi dari BPS, yang mencatat inflasi sebesar 1,71 persen (month-to-month/m-to-m) pada Maret 2025. Inflasi ini menunjukkan peningkatan dibanding bulan sebelumnya dan disebabkan oleh beberapa komoditas pangan serta energi.
Kepala BPS Kalteng, Agnes Widiastuti, menjelaskan bahwa secara tahunan (year-on-year/y-on-y), inflasi tercatat sebesar 1,33 persen, dan dari awal tahun hingga Maret (year-to-date/ytd), inflasi mencapai 0,68 persen. Inflasi tertinggi berasal dari kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dengan andil 1,33 persen.
Tarif listrik menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan andil 1,30 persen, seiring berakhirnya subsidi pemerintah. Selain itu, cabai rawit dan bawang merah juga mengalami kenaikan signifikan masing-masing sebesar 0,15 persen dan 0,08 persen, didorong oleh peningkatan permintaan selama Ramadan.
Komoditas lain yang turut mendorong inflasi adalah emas perhiasan (0,04 persen) dan mie kering instan (0,03 persen). Sementara itu, beberapa bahan makanan justru mengalami penurunan harga, seperti daging ayam ras (-0,16 persen), serta sayuran dan ikan air tawar seperti bayam, kangkung, ikan peda, dan nila, masing-masing menyumbang deflasi hingga -0,03 persen.
Di Kota Sampit, inflasi bahkan lebih tinggi yakni 1,77 persen, dengan tarif listrik menyumbang 1,34 persen dan cabai rawit 0,14 persen. Komoditas lain seperti udang basah, bawang merah, dan ikan tongkol juga mendorong inflasi. Namun, daging ayam ras tercatat sebagai penyumbang deflasi terbesar di kota ini (-0,20 persen).
Dengan kombinasi faktor musiman dan kebijakan energi, Pemprov Kalteng berharap keterlibatan masyarakat dapat menjadi solusi jangka panjang. “Program menanam cabai ini bukan hanya simbolis, tetapi bagian dari edukasi dan aksi nyata menghadapi dinamika harga pangan,” tutup Yuas Elko.
Penulis Redha
Editor Andrian