
INTIMNEWS.COM, ATAMBUA – Kabupaten Belu diharapkan dapat menjadi daerah model percontohan di Indonesia untuk pengembangan ketahanan pangan berskala besar di wilayah Timur namun dinilai gagal, Rabu 08/12/2021.
Menurut salah satu kelompok tani yang berada di lokasi food estate, kegagalan berawal dari awal tanam dikarenakan musim kemarau.
“Ya kenapa harus gagal, karena waktu penanaman pada musim kemarau dan daya resapan hasil springkel hanya 3 sampai 4 cm saja dalamnya sedangkan jagung yang ditanam kedalamannya sampai 7 atau 8 cm,” kata salah satu anggota kelompok tani yang enggan menyebutkan namanya.
Sebelumnya saat awak media memantau hasil food estate Desa Fatuketi di blok c, salah satu anggota Badan Pengawas Lapangan (BPL) menelpon Marsel selaku Kepala BPP/BPL kordinasi umum food estate Desa Fatuketi. Namun jawaban dari suara telepon genggam saat berbicara menggunakan speaker, sehingga terdengar oleh awak media, dikatakan kalau mau foto-foto ijin dulu.
Saat awak media menanyakan kepada siapa harus ijin, kata anggota tersebut ijin dulu ke Kadis Pertanian, Kabid PSP, Kabid Pangan.
Dari informasi yang dihimpun, total keseluruhan luas areal food estate tersebut adalah 53 hektare, namun yang ditanam tidak semua. Dari 53 hektare dibagi menjadi 4 blok yaitu blok A yang ditanami Sorgum sedangkan blok B, C, dan D ditanami jagung.
Di blok A sendiri menjadi viral di media sosial yaitu di grup-grup Facebook dan lainnya yang dinilai gagal akibat pertumbuhannya tidak merata.
Salah satu anggota David (nama samaran) mengatakan karena tidak dibuatkan bedengan sehingga pertumbuhannya tidak merata dan setelah digusur ulang lalu ditanam baru, sehingga yang ditanam baru tersebut baru terlihat merata.
Saat ditanya apakah gagal atau tidak dalam pengelolaan food estate, David secara blak-blakan mengatakan gagal.
“Kenapa saya bilang gagal, karena dari blok B yang dipanen kemarin seharusnya 16 hektare lebih, tetapi ya hasilnya kita lihat sendiri hanya seberapa hektar saja yang dipanen,” kata David.
David juga mengeluh soal pembasmi hama dan gulma karena racun yang diberikan terbatas dan tidak memberikan pengaruh terhadap serangan hama.
“Yang dibagi racun untuk semprot hama hanya 1 liter, bagaimna bisa membunuh hama-hama tersebut, selain itu masih banyak petani lainnya yang belum mengerti dan butuh pendampingan yang lebih baik lagi bukan menyalahkan petani,” pungkas David.