
INTIMNEWS.COM, PALANGKA RAYA – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah mengungkapkan bahwa nilai ekspor daerah pada Maret 2025 mengalami penurunan tajam sebesar 19,05 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni hanya mencapai 270,36 juta dolar AS.
Penurunan ini terjadi di tengah kondisi inflasi daerah yang relatif terkendali pada April 2025, yakni sebesar 0,61 persen secara bulanan (m-to-m). Hal ini disampaikan oleh Kepala BPS Kalimantan Tengah, Agnes Widiastuti, S.Si., ME., dalam konferensi pers resmi di Aula BPS Provinsi Kalimantan Tengah, Jumat 2 Mei 2025.
Menurut Agnes, penurunan nilai ekspor dibandingkan Maret 2024 tidak terlepas dari melemahnya permintaan global, khususnya di sektor pertambangan dan industri pengolahan.
“Jika dibandingkan Februari 2025, nilai ekspor juga turun sebesar 10,64 persen. Ini merupakan sinyal penting yang harus disikapi bersama, karena ekspor merupakan salah satu penopang utama ekonomi Kalimantan Tengah,” ujarnya.
Berdasarkan sektor, ekspor pertambangan tetap mendominasi dengan nilai 180,24 juta dolar AS, namun mencatatkan penurunan year-on-year. Sektor industri pengolahan menyumbang 86,88 juta dolar AS, sementara sektor pertanian justru tumbuh tipis sebesar 0,79 persen menjadi 3,24 juta dolar AS.
Negara tujuan utama ekspor Kalimantan Tengah adalah Jepang (29,28%), India (21,16%), dan Korea Selatan (14,06%), dengan komoditas unggulan berupa batu bara, karet remah, minyak kelapa sawit, bijih zirconium, niobium, dan tantalum.
Meskipun demikian, sebanyak 66,34 persen ekspor Kalimantan Tengah masih dilakukan melalui pelabuhan provinsi lain seperti Banjarmasin dan Satui, sedangkan ekspor melalui pelabuhan lokal seperti Kumai, Sampit, dan Pangkalan Bun hanya menyumbang 33,66 persen.
Agnes menekankan bahwa pembangunan infrastruktur logistik dan pelabuhan lokal perlu ditingkatkan agar ekspor bisa lebih efisien dan memberikan dampak ekonomi lebih besar bagi daerah.
“Jika ekspor dapat langsung melalui pelabuhan Kalimantan Tengah, maka multiplier effect-nya bisa jauh lebih kuat bagi masyarakat dan pelaku usaha lokal,” ujarnya.
Di sisi lain, nilai impor Kalimantan Tengah pada Maret 2025 anjlok hingga 98,87 persen dibandingkan Maret 2024, hanya tercatat 1,65 juta dolar AS. Impor seluruhnya berasal dari Malaysia dan didominasi oleh mesin ekstraksi, mengindikasikan rendahnya kebutuhan impor barang modal maupun konsumsi.
Meskipun sektor perdagangan luar negeri mengalami tekanan, kondisi inflasi daerah pada April 2025 tetap terkendali di angka 0,61 persen, dengan inflasi tahunan (year-on-year) sebesar 1,21 persen dan inflasi tahun kalender sebesar 1,29 persen.
Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga menjadi penyumbang utama inflasi dengan andil 0,56 persen. Komoditas terbesar yang mendorong inflasi adalah tarif listrik, yang kembali ke harga normal setelah dua bulan subsidi, memberikan andil 0,60 persen, serta harga emas perhiasan yang naik akibat tekanan global, menyumbang 0,13 persen.
Adapun beberapa komoditas memberikan andil deflasi, seperti daging ayam ras (-0,17%), bensin (-0,02%), dan angkutan udara (-0,03%). Sementara secara tahunan, kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang terbesar inflasi sebesar 0,51 persen, diikuti oleh perawatan pribadi dan jasa lainnya.
Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Tengah juga mengalami penurunan 0,42 persen pada April 2025 menjadi 134,15, utamanya disebabkan oleh penurunan indeks harga yang diterima petani pada subsektor peternakan dan perkebunan rakyat.
Komoditas yang menekan NTP antara lain tarif listrik, upah pemanenan, dan bawang merah, sementara karet, ayam ras pedaging, dan semangka memberikan penguatan daya beli petani.
Dalam sektor jasa, tingkat penghunian kamar hotel berbintang pada Maret 2025 turun menjadi 34,79 persen, dengan rata-rata lama menginap 1,37 hari. Jumlah tamu domestik masih mendominasi, mencapai 98,46 persen dari total tamu yang menginap.
Sementara itu, jumlah penumpang angkutan udara meningkat 14,01 persen dibanding Februari 2025 dan 35,75 persen dibanding Maret 2024, dengan total 117,80 ribu penumpang. Angkutan laut juga mengalami lonjakan hingga 103,61 persen, menunjukkan meningkatnya mobilitas masyarakat dan aktivitas distribusi barang.
Menutup paparannya, Agnes menyampaikan harapan agar semua pihak, baik pemerintah daerah, pelaku usaha, maupun masyarakat, dapat bekerja sama menjaga stabilitas ekonomi.
“Perlu langkah strategis untuk memperkuat daya saing ekspor, mendorong hilirisasi industri lokal, dan memaksimalkan potensi pelabuhan dalam daerah agar ekonomi Kalimantan Tengah bisa tumbuh lebih sehat dan merata,” tegasnya.
Penulis Redha
Editor Andrian