
INTIMNEWS.COM, SAMPIT – Di balik penutupan kawasan eks lokalisasi KM 12 Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan MB Ketapang, atau yang kerap disebut pal 12, Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Ternyata menyimpan berbagai problematika, salah satunya adalah lapangan pekerjaan bagi warga setempat.
Menurut Kristian Edi, warga pal 12 RT 08 RW 03. Semenjak ditutupnya dan hilangnya praktik esel-esek di kawasan itu. Ia bersama keluarga kehilangan mata pencaharian sejak 2017 yang ditutupnya tempat tersebut oleh pemerintah kala itu.
Dirinya mengaku, ia bersama sang istri telah puluhan tahun menempati rumah di kawasan itu dengan mengandalkan jasa pencucian pakaian dan warung kecil. Selain itu, menurut Edi, pada saat mengajukan bantuan modal usaha dengan jaminan surat tanah mereka, di kawasan tersebut ditolak oleh pihak perbankan.
“Kami sejak tahun 1995 di sini mas. Dulu masih ramai pengunjung sehingga pendapatan kami masih ada. Namun sekarang saat ditutup, kami hanya jadi pengangguran. Dulu dijanjikan akan diberi modal dan dicarikan lapangan pekerjaan oleh pemerintah,” beber Edi, Selasa, 11 Januari 2022.
Namun hingga kini, menurut Edi hal itu hanya janji yang tak kunjung ditepati. Sehingga ia bersama warga lainnya semoat beralih pekerjaan sebagai pelangsir. Namun pekerjaannya itu tidak berlangsung lama karena pelangsiran BBM juga dilarang.
“Saat ini kami hanya mengandalkan pekerjaan serabutan. Tidak ada cara lain bertahan, semoga pemerintah daerah ingat dengan janjinya. Karena kami penduduk di sini, sementara kami juga punya anak yang masih sekolah,” ungkapnya
Lurah Pasir Putih, Rudi Setiawan juga mendorong pemerintah untuk memperhatikan kawasan itu agar dapat membangun ekonomi warga setempat. Dirinya berharap pemerintah setempat dapat memikirkan masa depan kawasan eks lokalisasi itu.
“Saya berharap kawasan eks lokalisasi ini dijadikan tempat yang bermanfaat. Agar tidak ada stigma negatif, misalnya seperti eks lokalisasi Doli di Surabaya dijadikan ruang terbuka hijau,” teran Rudi
Saat ini, menurut Rudi, hanya ada sekitar 20 Kepala Keluarga yang bertempat tinggal. Sebelumnya, ada sekitar 80 Kepala Keluarga saat lokalisasi masih berjalan.
Editor: Andrian