
INTIMNEWS.COM, PALANGKA RAYA – Musyawarah Daerah (Musda) V Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kalimantan Tengah bukan sekadar forum organisasi. Kamis pagi, 12 Juni 2025, Aula Jayang Tingang di lantai II Kantor Gubernur Kalimantan Tengah disulap menjadi ruang penuh semangat, warna budaya, dan percikan inspirasi perempuan.
Suasana berubah hangat ketika Penasehat DWP Kalteng, Aisyah Thisiya Agustiar Sabran, memasuki ruangan. Dalam nada lembut namun penuh makna, ia menyampaikan apresiasi mendalam kepada seluruh pengurus DWP, terutama kepada Ketua DWP Provinsi Kalteng, Natalin Leonard Sampung.
“Spirit-nya terasa berbeda,” kata Thisiya. “Saya yakin ketika Ibu Leo dipercaya menjadi ketua, dan DWP mampu bersatu dengan seluruh anggotanya, itu karena beliau memiliki semangat luar biasa. Auranya berbeda.”
Thisiya bukan orang baru bagi sosok Natalin. Ia mengaku mengenal lama perempuan yang kini menakhodai organisasi istri ASN itu. Menurutnya, kekuatan kepemimpinan Natalin tidak sekadar administratif, melainkan ideologis: mendorong pemberdayaan perempuan sebagai pilar pembangunan sosial.
Dalam forum itu, Thisiya tak hanya memuji, tapi juga memberi arah. Ia menekankan pentingnya memanfaatkan potensi lokal, baik dalam kesenian, ekonomi, hingga kehidupan sehari-hari. Kelompok seni dari internal DWP, katanya, bisa menampilkan tarian khas daerah tanpa harus menggandeng pihak luar.
“Saya pernah mencoba menari Dadas, dan saya tahu itu tidak mudah. Tapi Ibu-ibu DWP bisa menampilkan tarian gelang yang asli dengan luar biasa. Ini bukti bahwa perempuan bisa berkarya, berdaya, dan memberi dampak nyata,” ucapnya.
Namun tak hanya seni dan budaya yang menjadi sorotannya. Thisiya mengingatkan pentingnya etika di ruang digital. Dalam kapasitas sebagai istri pejabat publik, anggota DWP disebutnya harus menjadi contoh dalam bermedia sosial.
“Apa yang kita ucapkan dan bagikan di media sosial sebaiknya kita pikirkan dulu. Jangan hanya jadi konsumsi publik, tapi juga memberi inspirasi dan nilai,” tegasnya.
Gaya hidup pun tak luput dari perhatian. Ia mengajak para anggota DWP untuk membumikan kesederhanaan. Bukan berarti abai pada penampilan, tetapi tampil proporsional dan tetap menjunjung marwah sebagai perempuan yang arif dan bijaksana.
“Gunakan tas lokal, seperti tas rotan atau selotar. Ini bukan sekadar fashion, tapi dukungan nyata pada UMKM. Kita tunjukkan kebanggaan terhadap produk daerah,” serunya.
Tari-tarian daerah yang ditampilkan para anggota DWP menjadi penutup yang pas untuk hari itu. Bukan sekadar hiburan, melainkan pernyataan budaya: bahwa perempuan bisa menjadi garda terdepan dalam menjaga akar, sambil tetap melangkah ke depan.
“Dharma Wanita harus terus mencetak perempuan-perempuan hebat,” kata Thisiya menutup sambutannya. “Mari terus berkarya, bukan untuk tampil, tapi untuk memberi dampak.”
Penulis: Redha
Editor: Maulana Kawit