INTIMNEWS.COM, SAMPIT – Suasana Gedung DPRD Kotawaringin Timur (Kotim) mendadak memanas pada Senin (17/11/2025) setelah beredar kabar adanya sejumlah kepala desa dan aparatur sipil negara (ASN) yang diduga positif narkoba dalam tes urine mendadak. Pemeriksaan tersebut dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) Kotim usai kegiatan sosialisasi pencegahan penyalahgunaan narkoba.
Tes urine ini sejatinya merupakan rangkaian dari kegiatan sosialisasi yang wajib diikuti seluruh kepala desa dari 168 desa di Kotim. Namun, hanya 68 peserta yang hadir.
Absennya ratusan kepala desa tanpa alasan jelas langsung menjadi perbincangan tersendiri dan memunculkan tanda tanya soal komitmen perangkat desa dalam upaya pemberantasan narkoba.
Isu berkembang cepat setelah muncul informasi bahwa sejumlah peserta disebut-sebut mendapatkan hasil positif dari pemeriksaan awal BNN. Seorang sumber internal DPRD Kotim yang enggan disebutkan namanya mengaku mengetahui adanya beberapa peserta yang diduga positif narkoba. Menurut sumber tersebut, terdapat tiga kepala desa dan dua ASN yang dikabarkan terindikasi positif dan langsung dibawa ke Kantor BNNK di Jalan Jenderal Sudirman, Sampit, untuk pemeriksaan lanjutan.
Meski demikian, belum ada pejabat yang memberikan konfirmasi resmi. Kepala BNN Kotim, AKBP Muhammad Fadli, enggan banyak berkomentar saat ditemui awak media. Ia menegaskan bahwa pihaknya menunggu pernyataan resmi dari Ketua DPRD Kotim, Rimbun.
“Untuk sementara belum, nanti rilisnya Pak Ketua DPRD saja yang bicarakan,” ujarnya singkat sebelum meninggalkan lokasi.
Belum adanya keterangan resmi membuat berbagai spekulasi berkembang di lingkungan DPRD Kotim. Sejumlah peserta kegiatan hingga anggota dewan terlihat membahas isu tersebut dengan serius. Publik kini menunggu langkah DPRD Kotim untuk memberikan klarifikasi agar tidak menimbulkan keresahan di masyarakat.
Tes urine mendadak seperti ini merupakan langkah rutin pemerintah dan BNN untuk memastikan lingkungan birokrasi bersih dari penyalahgunaan narkoba. Namun, kabar hasil tes yang beredar tanpa kepastian membuat suasana kian ramai, sementara masyarakat menanti kepastian mengenai kebenaran temuan dan tindak lanjut terhadap para peserta yang diduga terlibat.
(JMY)