INTIMNEWS.COM, SAMPIT – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) melakukan mutasi terhadap 11 orang Narapidana, Sabtu 1 November 2025. Salah satunya terpaksa dimutasi karena harus mendapatkan perawatan medis lantaran mengalami luka serius.
Kalapa Sampit, Muhamad Yani, mengungkap jika sebelas orang tersebut dimutasi ke Palangka Raya dengan 1 orang di mutasi ke Rutan Palangka Raya dan 10 orang lainnya ke Lapas Kelas IIA Palangka Raya.
“Ada 11 orang WBP yang kami mutasi, 10 orang ke lapas kelas IIA Palangka Raya dan 1 orang di mutasi ke Rutan Palangka Raya,” kata Yani, Selasa 4 November 2025.
Yani menjelaskan jika satu orang yang dimutasi ke Rutan dikarenakan harus mendapatkan perawatan medis ke RSUD Dr Doris Silvanus karena mengalami pembusukan luka di kaki sebelah kanannya.
Meski upaya penanganan medis telah beberapa kali dilakukan upaya oleh pihak mereka dan juga pihak RSUD, namun luka yang diderita narapidana tersebut tak kunjung membaik, sehingga pihak rumah sakit memberikan rekomendasi untuk di rujuk ke RSUD di Palangka Raya.
“Jadi satu orang yang ini dirujuk dari RSUD Dr Murjani Sampit ke RSUD Dr Doris Silvanus karena ia memiliki luka bekas tembakan dan telah mengalami pembusukan, sehingga harus dilakukan penangan medis di sana karena di rumah sakit sini peralatan medisnya kurang memadai,” ungkapnya.
Dirinya juga menjelaskan 10 orang yang dimutasi lainya merupakan terpidanan kasus narkotika dengan hukuman yang tinggi atau rata-rata diatas 10 tahun hukuman pidana.
“10 orang lainya ini, di mutasi karena kasus narkotika yang berkemungkinan akan membuat masalah dikemudian hari dan juga rata-rata hukuman pidananya diatas 10 tahun,” ucapnya.
Dan sepuluh orang tersebut disebutnya memang sesuai dengan perintah kanwil untuk di pindahkan ke lapas Palangka Raya.
Mutasi narapidana, selain dilakukan untuk yang bermasalah atau hukuman pidana yang tinggi, hal ini juga dilakukan untuk mengurangi over kapasitas.
“Selain untuk narapidana yang bermasalah atau hukuman yang tinggi, mutasi juga dilakukan untuk mengurangi over kapasita,” tutupnya.
Penulis: Oktavianto
Editor: Andrian