website murah
website murah
website murah
website murah

Integrasi Nilai Huma Betang Didorong Masuk Kurikulum Sejarah Nasional

Staf Ahli Gubernur Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik Provinsi Kalteng, Darliansjah saat usai menyampaikan sambutan pada pembukaan Simposium Nasional Guru Sejarah Indonesia VII Tahun 2025 di Aula Hotel Neo Palangka Raya. (Ist)

INTIMNEWS.COM, PALANGKA RAYA – Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mendorong agar nilai-nilai Filosofi Huma Betang diintegrasikan dalam kurikulum sejarah nasional. Pesan ini disampaikan oleh Staf Ahli Gubernur Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik, Darliansjah, dalam kegiatan Simposium Nasional Guru Sejarah Indonesia VII Tahun 2025 di Aula Hotel Neo Palangka Raya, Jumat 31 Oktober 2025.

Darliansjah menilai, Huma Betang bukan sekadar simbol budaya masyarakat Dayak, tetapi merupakan filosofi kehidupan yang mengajarkan kebersamaan, toleransi, dan gotong royong. Nilai-nilai inilah yang dinilai relevan untuk memperkuat karakter kebangsaan di tengah dinamika zaman modern.

“Melestarikan sejarah dan budaya lokal berarti menjaga akar moral bangsa. Nilai-nilai lokal seperti Huma Betang adalah fondasi yang relevan untuk menjawab tantangan zaman modern,” tegasnya.

Menurutnya, pendidikan sejarah tidak boleh hanya berhenti pada hafalan peristiwa masa lalu, tetapi juga harus menjadi media penanaman nilai-nilai kebangsaan dan kebijaksanaan lokal. Melalui integrasi nilai Huma Betang dalam pembelajaran, siswa akan lebih memahami arti kebinekaan dan keadilan sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Ia menjelaskan bahwa pendidikan berbasis kearifan lokal menjadi kunci dalam memperkuat jati diri bangsa. Dengan memahami sejarah dan budaya daerahnya, peserta didik akan tumbuh dengan rasa bangga terhadap identitas nasional sekaligus menghargai keberagaman.

“Kebijakan pembangunan dan pendidikan harus berpijak pada identitas daerah. Guru sejarah memiliki peran vital dalam menjaga kesinambungan nilai-nilai tersebut,” tambah Darliansjah.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa semangat Huma Betang mengajarkan setiap individu untuk hidup rukun di tengah perbedaan, saling menghargai, serta menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Nilai ini sejalan dengan semangat Indonesia Emas 2045 yang menekankan kolaborasi dan harmoni sosial.

Darliansjah mengajak seluruh guru sejarah agar terus berinovasi dalam mengembangkan metode pembelajaran yang mengaitkan materi sejarah dengan konteks sosial budaya lokal. Menurutnya, pembelajaran yang hidup dan bermakna akan membentuk generasi muda yang memiliki empati dan kepedulian terhadap bangsa.

Ia juga menekankan bahwa tantangan globalisasi tidak boleh membuat generasi muda tercerabut dari akar budaya sendiri. Dengan memahami filosofi Huma Betang, para siswa akan memiliki ketahanan moral dan budaya untuk menghadapi berbagai pengaruh luar.

“Nilai-nilai lokal bukan untuk menutup diri, tetapi untuk memperkuat karakter agar bangsa ini tetap teguh di tengah arus perubahan,” tuturnya penuh semangat.

Darliansjah berharap, hasil dari simposium nasional ini dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah pusat untuk memperkaya kurikulum nasional dengan muatan nilai-nilai kearifan lokal. Integrasi Huma Betang dalam pendidikan diharapkan menjadi langkah nyata dalam membangun generasi berkarakter, berbudaya, dan berkepribadian Indonesia.

Penulis Redha
Editor Andrian

Berita Rekomendasi
Pasang Iklan