
INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) terus berinovasi menghadirkan solusi pembangunan infrastruktur yang efisien dan ramah lingkungan. Salah satu terobosan terbarunya adalah penerapan teknologi SCB (Soil-Cement Base) dalam pembangunan jalan, sebuah metode yang memanfaatkan campuran tanah setempat, semen, dan air untuk menghasilkan lapisan dasar yang kuat, tahan lama, sekaligus ekonomis.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kobar, Hasyim Mualim, melalui Kepala Bidang Bina Marga, Suradi, menjelaskan bahwa teknologi ini mulai diterapkan pada beberapa ruas jalan dalam program P2DT, meliputi kawasan Pangkut, Sukarame, Gandis, Kerabu, Penyombaan, Pandau, Riam, hingga Sungai Dau, dengan total panjang mencapai 67 kilometer.
Menurut Suradi, penerapan Soil-Cement mampu menekan biaya pembangunan secara signifikan tanpa mengurangi kualitas jalan. “Kalau masih menggunakan agregat konvensional, satu kilometer jalan dengan lebar empat meter bisa menelan biaya hingga lima miliar rupiah. Tapi dengan Soil-Cement, biayanya bisa jauh lebih hemat karena kita memanfaatkan material lokal yang tersedia di sekitar lokasi,” ujarnya, Rabu (22/10).
Ia menambahkan, sebagian besar wilayah proyek memiliki sumber daya alam berupa tanah laterit dan tanah kepasiran, dua jenis material yang sangat cocok untuk campuran Soil-Cement.
“Bahan-bahan ini melimpah di lokasi. Bahkan tanah kepasiran memberikan hasil yang lebih baik. Jadi, selain hemat biaya, kita juga tidak perlu mengangkut material dari tempat lain,” kata Suradi.
Dengan komposisi awal 7 bagian semen dicampur tanah dan air, lapisan dasar jalan yang dihasilkan terbukti memiliki daya tahan tinggi. Berdasarkan hitungan sementara, pembangunan jalan sepanjang 800 meter hanya membutuhkan biaya sekitar Rp 2,5 miliar, jauh lebih efisien dibanding metode konvensional.
Suradi menjelaskan bahwa saat ini proyek tersebut masih dalam tahap ABT (Anggaran Belanja Tambahan) serta proses lelang untuk konsultan perencanaan dan pengawasan. “Total pagu anggaran mencapai Rp 3,9 miliar, di mana sekitar Rp 500 juta dialokasikan untuk fungsional jalan, dan sisanya sekitar Rp 3 miliar digunakan untuk pekerjaan Soil-Cement dan aspal,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa inovasi ini akan menjadi tonggak baru dalam pembangunan jalan di Kobar. Selain efisien, metode ini juga mempercepat waktu pengerjaan serta meminimalkan dampak lingkungan karena mengurangi kebutuhan material tambang dari luar daerah.
Ke depan, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat berencana memperluas penerapan teknologi Soil-Cement ini tidak hanya di wilayah Arut Utara, tetapi juga di Kotawaringin Lama dan beberapa poros desa lainnya yang masih membutuhkan peningkatan infrastruktur.
Dengan langkah ini, Pemkab Kobar berharap dapat mewujudkan pembangunan jalan yang tangguh, hemat, dan berkelanjutan, sekaligus memperkuat konektivitas antarwilayah di seluruh pelosok daerah.
Penulis: Yusro
Editor: Andrian