
INTIMNEWS.COM, SAMPIT— Perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia di Kelurahan Samuda, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) berlangsung semarak dan penuh makna. Tidak sekadar seremoni, momen ini dimanfaatkan sebagai ajang untuk memperkuat nilai inklusi sosial melalui gelaran Festival Inklusi, yang diinisiasi oleh PKBI Kalimantan Tengah bersama pemerintah daerah, sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD), dan elemen masyarakat.
Festival yang berlangsung dari tanggal 14 hingga 18 Agustus ini menghadirkan layanan Kesehatan klinik bergerak (mobile clinic) dan jalan sehat yang diikuti 1000 orang peserta.
Kegiatan ini menjadi sarana kelompok rentan seperti perempuan kepala keluarga, penyandang disabilitas, lansia, kelompok ragam gender, hingga remaja dan pasangan muda, serta seluruh lapisan masyarakat untuk memiliki akses terhadap layanan kesehatan yang layak.
Mewakili Bupati Kotawaringin Timur, Camat Mentaya Hilir Selatan, Rida Iswandi secara resmi membuka acara. Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi tinggi terhadap pelaksanaan Festival Inklusi yang disebutnya sebagai wujud nyata dari semangat kemerdekaan yang inklusif.
“Salah satu kegiatan mobile clinic ini adalah contoh nyata dari semangat inklusi, di mana semua masyarakat tanpa terkecuali memiliki hak yang sama untuk memperoleh layanan kesehatan yang layak,” ujarnya.
Ia juga menegaskan pentingnya keberlanjutan kegiatan semacam ini sebagai bagian dari pembangunan masyarakat yang adil, sehat, dan setara.
591 Warga Terlayani, Didominasi Perempuan dan Remaja
Selama lima hari pelaksanaan, sebanyak 591 warga menerima layanan kesehatan, khususnya di bidang kesehatan reproduksi (KESPRO) dan kesehatan umum. Mayoritas penerima layanan adalah perempuan usia subur, ibu rumah tangga, pasangan muda, dan remaja. Layanan ini diberikan oleh 20 tenaga kesehatan dari PKBI Cabang Kotawaringin Timur dan tenaga ECCD PKBI Kalimantan Tengah yang berasal dari berbagai latar belakang profesi.
Syahrullah dari PKBI Kalimantan Tengah menyampaikan bahwa layanan yang diberikan mencakup edukasi kesehatan reproduksi, pemeriksaan tekanan darah, cek gula darah, pemeriksaan umum, serta pemberian obat-obatan untuk penyakit ringan dan alat kontrasepsi.
“Sebagai bentuk kepedulian terhadap kesehatan masyarakat, kami menggelar layanan kesehatan gratis yang mendapat sambutan luar biasa dari warga,” ungkapnya.
Salah satu warga, Ibu Sari, mengaku baru mengetahui bahwa dirinya memiliki tekanan darah tinggi setelah memeriksakan diri di acara tersebut. Ia merasa bersyukur dapat segera memperoleh penanganan dini. Pengalaman ini mencerminkan pentingnya deteksi kesehatan secara rutin yang masih terbatas di wilayah tersebut.
Perayaan yang Mewakili Semangat Kemerdekaan Sejati
Festival Inklusi tahun ini tidak hanya menghadirkan layanan kesehatan, tetapi juga berbagai kegiatan seperti pawai karnaval, perlombaan inklusif, kampanye anti kekerasan, hingga UMKM Fest yang menampilkan karya kelompok marginal.
Koordinator Inklusi PKBI Kalimantan Tengah, Rushana Oktaviani, menyatakan bahwa Festival ini menjadi ruang kebersamaan dan pembuktian bahwa kemerdekaan bukan hanya simbolik, melainkan nyata ketika semua warga bisa ikut serta.
“Kami ingin menunjukkan bahwa kemerdekaan sejati adalah ketika setiap warga, termasuk kelompok rentan marginal, bisa merayakan, mendapatkan layanan, dan mengekspresikan diri. Festival ini adalah langkah kecil menuju lingkungan masyarakat yang benar-benar inklusif: merdeka, berdaya, dan setara,” jelasnya.
Antusiasme tinggi masyarakat, keberagaman peserta, serta partisipasi aktif berbagai pihak menjadikan Festival Inklusi sebagai contoh pelaksanaan perayaan kemerdekaan yang transformatif, tidak hanya memperingati sejarah, tetapi juga memperjuangkan masa depan yang lebih adil dan inklusif bagi semua. (**)
Editor: Andrian