
INTIMNEWS.COM, SAMPIT – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kotawaringin Timur (Kotim) menyoroti pengelolaan aset dan kreativitas sektor pariwisata daerah. Anggota Komisi III DPRD Kotim, SP Lumban Gaol menyebut pemerintah sangat lemah dalam mengelola aset dan pariwisata daerah.
“Pengelolaan aset dan pariwisata daerah di Kotim sangat lemah. Kami berharap dinas pariwisata bisa keluar dari rutinitas lama. Mereka bisa membangun dan mengelola aset pariwisata di Kotim,” kata Gaol, Senin, 13 Oktober 2025.
Gaol berharap, dibawah kepemimpinan kepala Dinas yang baru, WIM RK Benung, Disbudpar bisa keluar dari rutinitas yang lama dan benar-benar mendorong kebangkitan wisata budaya lokal
“Sekarang inikan kepala Dinasnya baru, ini merupakan suatu penyegaran, kami harap penyegaran ini bisa memacu kemajuan sektor budaya dan pariwisata,” katanya.
Ia menyebut banyak aset wisata bernilai miliaran rupiah justru terbengkalai dan tak berfungsi sesuai harapan.
“Berkali-kali kami sudah menyuarakan soal ini. Ada aset kepariwisataan yang menelan biaya hingga pukulan miliar tapi tidak ada fungsionalnya. Salah satu contohnya wisata ujung Pandaran yang kian memprihatinkan,” ucapnya.
Selain ujung Pandaran, area patung jelawat dianggap belum ramai bagi pengunjung dan juga bundaran besar yang hanya menjadi lokasi swafoto sesaat tanpa data tarik berkelanjutan.
“Banyak tempat potensional yang seharusnya jadi ruang publik yang hidup. Tapi nyatanya belum nyaman kunjungannya dan tak banyak yang berkunjung lama, mereka hanya sekedar foto-foto lalu pergi, harusnya lokasi itu bisa menjadi daya tarik bagi masyarakat dan bisa meningkatkan UMKM juga,” ungkapnya.
Terowongan Nur Mentaya juga menjadi sorotannya. Pasalnya jalur wisata TNM yang dulu dijanjikan sebagai pusat tumbuhnya UMKM baru, justru hingga ilkini belum juga menunjukkan sesuatu yang berati.
Karena itu, ia menekankan pentingnya kalender tahunan kegiatan budaya dan pariwisata agar dikemas dengan konsisten dan juga lebih baik agar bisa menjadi magnet wisatawan dari luar daerah.
“Buat event tahunan seperti festival layanganUjung Pandaran, ritual Tiwah yang dibiayai pemerintah daerah secara bergantian, atau Mandi Sapar yang dikemas lebih meriah dengan parade kapal susur sungai. Itu semua bisa jadi daya tarik besar,” sarannya.
Politisi Partai Demokrat yang dikenal vokal itu menegaskan, sektor pariwisata Kotim butuh pemimpin yang kreatif, berani, dan visioner.
“Kami sangat merindukan pemimpin yang punya ide. Jangan terlalu minim kreativitas, itu yang selalu kami suarakan. Pariwisata dan budaya kita butuh gebrakan nyata, bukan sekadar seremonial” pungkasnya.
Penulis: Oktavianto
Editor: Andrian