website murah
website murah
website murah
website murah

Danau Gatal Kian Sunyi: Janji Pembangunan dan Mimpi Wisata Kobar yang Terkubur Rumput Liar

Kondisi tempat wisata Danau Gatal di Kotawaringin Barat. (Yus)

INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Di balik hijaunya perbukitan Kecamatan Kotawaringin Lama, tersimpan kisah pilu dari sebuah danau yang pernah dielu-elukan sebagai permata pariwisata Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar).

Danau Gatal, begitu masyarakat mengenalnya. Airnya yang dulu jernih dan tenang kini tampak kusam, jalur setapaknya ditelan rumput liar, dan sunyi dari jejak pengunjung. Padahal, di balik ketenangan danau itu, tersimpan sejarah panjang penyebaran Islam di tanah Kalimantan.

Suasana tenang yang dulu menjadi daya tarik utama kini berganti muram. Fasilitas wisata seperti gazebo dan dermaga kayu dibiarkan lapuk dimakan waktu. Plang nama yang nyaris tak terbaca menjadi saksi bisu betapa kawasan ini tak lagi tersentuh perhatian.

“Sayang sekali, ini aset berharga daerah. Pernah ada anggaran digelontorkan untuk membangunnya. Kalau tidak dirawat, rugi besar bagi Kobar,” ujar Bambang Suherman, mantan anggota DPRD Kobar dua periode, saat meninjau lokasi pada 5 November 2025.

Bambang mengaku prihatin bukan hanya karena pemandangan yang kian menyedihkan, tetapi juga akses menuju lokasi yang sulit ditembus. Jalan berlubang dan becek hanya bisa dilalui kendaraan roda dua atau mobil berpenggerak ganda.

“Melihat kondisi Danau Gatal sekarang, sulit rasanya membayangkan visi Pemkab menjadikan Kobar sebagai destinasi wisata unggulan. Komitmen terhadap sektor pariwisata seolah hanya tinggal slogan,” ujarnya dengan nada getir.

Menurut Bambang, pembangunan di Kobar seharusnya tidak semata fokus pada infrastruktur dan pertanian. Pariwisata, kata dia, adalah pintu lain yang bisa membuka lapangan kerja, menggerakkan UMKM, dan mengenalkan kekayaan alam Kobar ke dunia luar.

“Kita punya potensi besar, tapi kalau dibiarkan seperti ini, mimpi itu akan hilang,” tambahnya.

Menanggapi hal itu, Dinas Pariwisata Kobar tak menampik bahwa kawasan Danau Gatal memang tengah terbengkalai. Kepala Bidang Pengembangan Destinasi, Lalu Gede Surya Atmaja, mengakui pihaknya terus mendorong agar akses menuju lokasi mendapat perhatian.

“Kami sedang fokus memperjuangkan pembukaan jalan agar lebih mudah dijangkau. Ini juga menjadi harapan masyarakat Desa Rungun dan sekitarnya,” ujar Lalu, Sabtu (8/11).

Namun, Lalu menjelaskan, perawatan fasilitas wisata di Danau Gatal terkendala status lahan yang belum tercatat sebagai aset Pemerintah Daerah.

“Ada aturan yang tidak membolehkan kami melakukan perawatan jika lahan belum menjadi milik Pemda. Karena itu, langkah kami terbatas,” jelasnya.

Ia menambahkan, pihaknya tetap berkomitmen memperjuangkan kawasan tersebut agar bisa diintegrasikan dalam rencana pengembangan destinasi wisata berbasis alam dan budaya.

Sementara itu, Kepala Desa Rungun, Boby, mengungkapkan harapan besar warganya terhadap Danau Gatal. Ia menilai, jika akses jalan diperbaiki, pengelolaan wisata akan jauh lebih mudah.

“Sekarang masih jalan tanah, sekitar 4-5 kilometer dari jalan aspal. Tapi meski begitu, masih ada pengunjung yang datang, hanya saja jumlahnya sangat sedikit,” tuturnya.

Boby berharap Pemkab tak sekadar menjanjikan pembangunan, melainkan benar-benar menaruh perhatian nyata terhadap potensi lokal.

“Danau Gatal bukan hanya tentang wisata, tapi tentang kehidupan masyarakat di sekitarnya. Jika dikelola dengan baik, danau ini bisa menjadi sumber ekonomi baru bagi warga,” katanya lirih, menatap permukaan danau yang kini lebih sering berbisik kesunyian ketimbang gelak tawa pengunjung.

Penulis: Yusro

Editor: Andrian 

Berita Rekomendasi
Pasang Iklan