website murah
website murah
website murah
website murah

ASN Kalteng Diingatkan Kembali tentang Jati Diri Bangsa dalam Upacara 1 Juni

Plt. Sekretaris Daerah, Leonard S. Ampung bertindak sebagai Inspektur Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila, Senin, 2 Juni 2025. (Suhairi)

INTIMNEWS.COM, PALANGKA RAYA – Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah (Pemprov Kalteng) menyelenggarakan Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila Tahun 2025 di halaman Kantor Gubernur, Senin (2/6/2025).

Upacara tersebut berlangsung dalam suasana khidmat, dengan kehadiran seluruh pegawai di lingkup Sekretariat Daerah yang mengenakan pakaian dinas lengkap, mengikuti jalannya acara sejak pagi.

Bertindak sebagai inspektur upacara, Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Daerah Kalteng Leonardo S. Ampung menyampaikan pidato resmi Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Republik Indonesia, Prof. Yudian Wahyudi.

Dalam pidato tersebut disampaikan pesan bahwa Pancasila tidak boleh hanya dimaknai sebagai warisan sejarah atau simbol semata, melainkan harus menjadi kekuatan yang hidup dalam perilaku dan kebijakan seluruh anak bangsa.

“Hari Lahir Pancasila bukanlah sekadar agenda tahunan yang bersifat seremoni. Ini adalah momentum untuk meneguhkan kembali komitmen kita terhadap nilai-nilai yang mendasari berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ucap Leonardo saat membacakan sambutan resmi tersebut.

Ia menambahkan bahwa dalam menghadapi kompleksitas tantangan bangsa ke depan, Pancasila harus menjadi penuntun dalam setiap pengambilan keputusan, mulai dari tataran kebijakan nasional hingga pelayanan publik di tingkat lokal. Nilai-nilai dasar seperti gotong royong, keadilan sosial, dan persatuan perlu dihidupkan dalam praktik nyata, bukan hanya diucapkan dalam forum-forum resmi.

Leonardo juga menekankan bahwa Hari Lahir Pancasila semestinya menjadi pengingat bagi seluruh aparatur pemerintahan, khususnya aparatur sipil negara (ASN), agar tidak terjebak pada rutinitas birokrasi yang kering dari semangat kebangsaan. Menurutnya, ASN adalah aktor penting dalam menjembatani nilai-nilai Pancasila dengan realitas kebutuhan masyarakat sehari-hari.

“Pancasila harus menjadi landasan berpikir dan bertindak seluruh ASN. Ini bukan tentang menghafal lima sila semata, melainkan bagaimana menerapkannya dalam pelayanan publik yang adil, inklusif, dan transparan,” ujarnya tegas di hadapan peserta upacara.

Menurut Leonardo, ASN yang bekerja hanya karena rutinitas tanpa dilandasi nilai Pancasila akan berisiko kehilangan arah dan kehilangan kepekaan sosial. Oleh karena itu, revitalisasi nilai Pancasila tidak hanya menjadi tugas lembaga seperti BPIP, tetapi tanggung jawab kolektif semua unsur pemerintahan, termasuk di daerah.

Dalam pidato Kepala BPIP yang dibacakan Leonardo, disinggung pula tentang pentingnya program nasional Asta Cita sebagai kerangka kebijakan menuju Indonesia Emas 2045. Asta Cita menekankan empat fokus utama, salah satunya adalah integrasi nilai-nilai Pancasila dalam semua dimensi kehidupan, termasuk di sektor pendidikan, birokrasi, ekonomi, dan ruang digital.

BPIP menilai bahwa era digital membawa tantangan baru dalam memperkuat nilai Pancasila. Polarisasi informasi, ujaran kebencian, dan disinformasi menjadi ancaman nyata yang harus dihadapi dengan pendekatan kebudayaan dan pendidikan nilai. Dalam konteks inilah, nilai-nilai Pancasila harus diperkuat dalam narasi dan konten digital yang ramah dan inklusif.

Leonardo menyampaikan, Pemerintah Provinsi Kalteng siap mengambil bagian dalam agenda besar tersebut. Ia menekankan bahwa integrasi nilai-nilai Pancasila dalam kebijakan daerah bukan sekadar wacana, melainkan diwujudkan melalui berbagai langkah konkret, mulai dari reformasi birokrasi, penguatan pendidikan karakter, hingga peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Pemprov Kalteng tidak akan pernah berhenti mendorong agar nilai-nilai luhur bangsa ini benar-benar mengakar dalam budaya kerja pemerintah daerah. Kami ingin agar semangat Pancasila menjadi roh dalam pembangunan daerah, bukan sekadar slogan di spanduk dan baliho,” katanya.

Plt Sekda juga menyinggung perlunya ASN beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa meninggalkan jati diri bangsa. Ia mengatakan bahwa dalam era persaingan global yang semakin ketat, Pancasila justru menjadi pembeda dan penguat posisi Indonesia dalam peta geopolitik dunia.

Usai amanat disampaikan, upacara dilanjutkan dengan doa lintas agama sebagai bentuk penghormatan terhadap keragaman yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Perwakilan dari lima agama besar hadir membacakan doa dalam suasana yang penuh toleransi dan kesederhanaan.

Suasana halaman kantor gubernur pagi itu tak hanya diwarnai dengan atribut resmi, tetapi juga dengan keheningan dan refleksi dari para peserta upacara. Banyak di antara mereka yang menyimak amanat dengan serius, seolah menyadari bahwa nilai-nilai yang disampaikan tidak lagi bisa diabaikan di tengah arus pragmatisme birokrasi.

Beberapa peserta upacara mengaku tersentuh dengan penekanan Leonardo soal makna kerja pelayanan berbasis Pancasila. Seorang ASN senior menyebut, pidato tersebut menjadi pengingat bahwa pelayanan bukan sekadar pekerjaan administratif, melainkan panggilan pengabdian yang penuh tanggung jawab moral.

Upacara Hari Lahir Pancasila ini menjadi momentum penting untuk merefleksikan kembali peran pemerintah daerah sebagai garda terdepan dalam menjaga ideologi negara. Di tengah dinamika sosial yang kian kompleks, penguatan nilai Pancasila dalam birokrasi bukan pilihan, melainkan keharusan.

Leonardo menutup amanatnya dengan ajakan kepada seluruh elemen masyarakat untuk tidak lelah menjaga persatuan, menghargai perbedaan, dan menanamkan nilai-nilai kebangsaan dalam keluarga, komunitas, dan lingkungan kerja. “Jika bukan kita, siapa lagi yang akan menjaga rumah besar bernama Indonesia?” tutupnya.

Editor: Andrian

Berita Rekomendasi
Pasang Iklan