INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Warga Kota Pangkalan Bun menyampaikan keluhan terkait maraknya aktivitas pelangsir yang menggunakan motor bertangki besar di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di kawasan tersebut.
Kehadiran kendaraan-kendaraan ini tidak hanya mendominasi antrean, tetapi juga memicu keresahan masyarakat yang kesulitan mendapatkan BBM subsidi seperti Pertalite.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, para pelangsir menggunakan kendaraan roda dua, terutama jenis Suzuki Thunder, yang telah dimodifikasi dengan tangki berkapasitas hingga 20 liter.
Dalam sehari, mereka bisa bolak-balik mengisi bahan bakar di satu SPBU hingga beberapa kali. Salah satu SPBU yang sering disorot adalah SPBU di kawasan Bundaran Tudung Saji, di mana antrean didominasi oleh belasan kendaraan pelangsir yang mengisi BBM tanpa hambatan.
Keluhan masyarakat ini ramai diunggah di media sosial, terutama di akun-akun layanan publik. Netizen menuntut agar pihak SPBU mengatur waktu operasional pelangsir demi memberikan kesempatan bagi masyarakat umum yang hanya membutuhkan BBM dalam jumlah kecil, sekitar 2-3 liter per kendaraan.
“Kami tidak melarang mereka (pelangsir), tapi setidaknya atur waktunya. Misalnya, mereka diizinkan beroperasi di jam-jam tertentu saja. Ini agar kami, masyarakat biasa, juga bisa mendapatkan hak kami untuk membeli BBM bersubsidi tanpa antre terlalu lama,” ujar Rifa’i, salah satu warga Pangkalan Bun, Sabtu (16/11).
Rifa’i juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap besarnya jumlah BBM yang dihabiskan oleh pelangsir. Dengan rata-rata satu kendaraan pelangsir mengisi 20 liter per kali, ia memperkirakan bahwa dalam satu kali pengisian untuk 10 kendaraan saja, sudah mencapai 200 liter. Jika satu kendaraan bisa bolak-balik beberapa kali dalam sehari, jumlah tersebut semakin tidak masuk akal.
Ridho, warga lainnya, menambahkan bahwa aktivitas pelangsir ini semakin mempersulit masyarakat kecil.
“Mereka memindahkan BBM dari tangki motor ke galon di kios-kios BBM yang tidak jauh dari SPBU. Setelah itu, mereka kembali lagi untuk mengisi. Wajar saja jika BBM cepat habis dan antrean semakin panjang,” katanya.
Sementara itu, Pais, warga lain yang sering menggunakan motor untuk keperluan sehari-hari, juga turut mengungkapkan keresahannya.
“Jumlah SPBU di Pangkalan Bun ini terbatas. Kalau antreannya wajar, kami tidak masalah. Tapi ini antrean panjang karena sebagian besar diisi oleh pelangsir. Kasihan masyarakat yang hanya ingin mengisi BBM untuk kebutuhan sehari-hari,” tegas Pais.
Warga berharap pemerintah daerah, Hiswana Migas, Pertamina, dan pengelola SPBU dapat segera mencari solusi atas permasalahan ini. Salah satu langkah yang diusulkan adalah pembatasan waktu operasional pelangsir dan pengawasan yang lebih ketat terhadap distribusi BBM di SPBU.
“Duduk bersama dan bicarakan solusi terbaik untuk semua pihak. Jangan sampai masyarakat kecil terus menjadi korban akibat kurangnya pengawasan dan aturan yang jelas,” pungkas Pais.
Dengan kondisi ini, masyarakat Kota Pangkalan Bun menantikan langkah nyata dari pihak terkait agar masalah antrean panjang di SPBU dapat segera diatasi dan distribusi BBM bersubsidi menjadi lebih adil bagi semua kalangan.
Penulis : Yusro
Editor : Maulana Kawit