INTIMNEWS.COM, PALANGKA RAYA – Beras menjadi salah satu penyumbang utama inflasi di Kalimantan Tengah, berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang mencatat dampaknya di hampir seluruh kota dan kabupaten pada Maret 2024.
Sunarti, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Pertanian (TPHP) Provinsi Kalimantan Tengah, menjelaskan bahwa penurunan produksi padi dipengaruhi oleh fenomena iklim El Niño serta berkurangnya alokasi pupuk.
“Permasalahan ini tidak hanya terjadi di Kalimantan Tengah, tetapi juga di seluruh daerah. Pemerintah daerah berkomitmen untuk mengambil langkah-langkah agar situasi ini tidak berlanjut,” ujar Sunarti, Selasa, 2 April 2024.
Ketergantungan Kalimantan Tengah pada beras dari provinsi tetangga, seperti Kalimantan Selatan, menjadi tantangan tersendiri. Sunarti mengungkapkan bahwa gabah yang diproduksi di Kalimantan Tengah sering dipasok ke Kalimantan Selatan, meskipun produksi beras lokal masih belum mampu memenuhi kebutuhan daerah sendiri.
Menjawab tantangan ini, Gubernur Kalimantan Tengah memprakarsai proyek Rice to Rice (RtR) dan pembangunan Rice Milling Plant (RMP) untuk mengamankan hasil panen lokal. Fasilitas RtR sedang dibangun di Kabupaten Pulang Pisau, sementara RMP direncanakan berdiri di Kabupaten Kotawaringin Timur (Sampit).
Sunarti juga menyebutkan bahwa Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah sedang merancang Peraturan Gubernur untuk mengelola produksi gabah dari petani.
“Kami sedang merumuskan peraturan ini dan melibatkan pemangku kepentingan terkait. Sekitar 90 persen produksi gabah kami dilepas ke luar. Salah satu solusi yang dirancang adalah pembelian gabah langsung dari petani oleh pemerintah,” jelasnya.
Langkah-langkah ini diharapkan dapat menekan inflasi sekaligus meningkatkan ketahanan pangan di Kalimantan Tengah, dengan memaksimalkan potensi produksi lokal dan mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar daerah.
Penulis: Redha
Editor: Andrian