website murah
website murah
website murah
website murah
website murah

Kabut Asap Semakin Tebal, Data ISPU Mencatat Kualitas Udara Kotim Urutan Pertama se-Indonesia Kategori Sangat Tidak Sehat

INTIMNEWS.COM, SAMPIT – Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) menjadi masalah klasik yang harus di sikapi dengan tegas oleh Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Saat ini kabut asap tebal sudah mengepung kota Sampit dengan jarak pandang dikisaran 50-100 meter, Minggu 3 September 2023.

Ironisnya belum ada solusi terbaik dalam menanggulangi bencana karhutla tersebut, bahkan untuk tahun 2023 ini termasuk salah satu bencana karhutla yang sangat besar dan hampir ada disemua Kecamatan.

Sejauh ini peran dari Masyarakat Peduli Api (MPA), Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkarmat) serta BPBD Kotim, telah berupaya semaksimal mungkin melakukan pemadaman baik dari darat maupun udara, namun karhutla masih terus terjadi bahkan semakin tak terkendali.

Kabupaten Kotim memiliki banyak perusahaan perkebunan, apakah dari pihak korporasi tersebut telah turut andil membantu melakukan pemadaman seiring terus meluasnya karhutla ini dan tidak menutup kemungkinan berada di kawasan perkebunan-perkebunan yang ada di Kotim.

Pasang Iklan

Sementara itu, Data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) mencatat kualitas udara di Kabupaten Kotawaringin Timur, masuk dalam kategori sangat tidak sehat dampak dari karhutla yang terjadi hampir dua bulan ini. Bahkan menjadi urutan pertama dari perhitungan ISPU se-Indonesia.

Dari hasil penghitungan ISPU paremeter menunjukan 244 PM2,5, yang artinya bahwa tingkat kualitas udara yang dapat meningkatkan resiko kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim Multazam mengungkapkan seiring semakin tebalnya kabut asap, kemungkinan lahan yang terbakar bertambah luas dari data yang ditangani BPBD seluas 538 hektare lebih.

“Total luasan ini tidak bisa kami lakukan hitungan cepat, jadi kalaupun angka itu berada tetap di situ bukan berarti tidak berkembang dan secara riil di lapangan dimungkinkan itu berkembang, kenapa demikian karena luasan areal yang kami hitung itu adalah luasan kejadian yang kami tangani di luar jarak yang bisa kami tangani tentunya ada luasan tersendiri,” jelas Multazam,

Kendala yang dihadapi oleh tim dilapangan untuk melakukan pemadaman karhan adalah lokasi  yang sangat jauh dan sulit dijangkau, salah satunya di sejumlah wilayah di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan (MHS).

“Seperti di MHS jarak dari pinggir jalan hampir 10 Km, sehingga tidak mampu kami melakukan cek atau menuju lokasi yang terbakar,” kata Multazam

Pasang Iklan

“Tentunya semua keterbatasan itu yang menjadi kendala bagi kami, tetapi luasan ini akan dikalkulasi ulang biasanya oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), melalui satelit terjadi perubahan warna vegetasi yang menjadi hitungan ulang nantinya,” sambungnya.

Kepada masyarakat Kotim Multazam mengimbau agar lebih peduli membantu mengatasi kebakaran lahan, sehingg upaya penanggulangan karhutla ini berjalan dengan baik dan cepat teratasi.

“Kami berharap masalah kebakaran lahan ini benar-benar menjadi perhatian kita semua untuk melakukan evaluasi bersama, sehingga di tahun-tahun yang akan datang bencana karhutla maupun kabut asap tidak lagi terulang,” tandasnya.

Berita Rekomendasi
Pasang Iklan