INTIMNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Anak perusahaan PT Astra Agro Lestari Tbk di Kalimantan Tengah telah menjadi pusat lembaga riset perusahaan. Dalam upaya meraih keunggulan kompetitif, Astra Agro terus meningkatkan teknologi dan inovasi untuk mengatasi tantangan dalam pengembangan dan produktivitas kelapa sawit nasional.
Pada acara Halal Bihalal bersama wartawan yang tergabung di Persatuan Wartawan Indonesia (PWI Kobar) di Pangkalan Bun, Direktur Astra Agro Area Kalteng, Dulmanap, mengungkapkan visi dan misi perusahaan sebagai entitas yang paling produktif dan inovatif di dunia.
Meskipun terjadi tren penurunan produktivitas nasional, Astra Agro berhasil mencatatkan peningkatan produksi Tandan Buah Segar (TBS) sebesar 4,8%, dari 3,16 juta ton pada 2022 menjadi 3,31 juta ton pada 2023.
Direktur Astra Agro Area Kalteng, Dulmanap menyatakan bahwa keberhasilan ini terkait dengan kebijakan operational excellence perusahaan, yang mendorong kedisiplinan dalam proses panen dan implementasi program digitalisasi yang menyeluruh dalam proses produksi pabrik.
Dulmanap menjelaskan bahwa Astra Agro fokus pada pengembangan working tools dan management control tools. Mereka memanfaatkan Plantation Information Management System (PIMS) yang terdiri dari aplikasi mobile dan sensor/Internet of Things (IoT) untuk mengontrol penggunaan sumber daya di kebun.
Selain itu, mereka memastikan pengelolaan data operasional kebun secara aktual, cepat, tepat, dan akurat melalui Operation Center of Astra Agro (OCA).
Untuk mengatasi tantangan penurunan produktivitas nasional, Astra Agro telah merilis tiga varietas unggul yang diberi nama AAL Lestari, AAL Sejahtera, dan AAL Nirmala.
Bibit unggul ini, hasil karya tim Research and Development, mampu menghasilkan produksi Tandan Buah Segar (TBS) minimal 30 ton per hektar per tahun, dengan produksi minyak sekitar 8,5 hingga 9 ton per hektar per tahun.
Dalam menghadapi stagnasi dan penurunan produktivitas nasional yang disebabkan oleh menuanya rata-rata usia tanaman, Astra Agro mengambil kebijakan untuk tidak membuka lahan baru dan mengutamakan riset sebagai solusi utama.
Tim Research & Development (R&D) di Pangkalan Bun menciptakan pupuk bernama Astemic dari bakteri dan bahan organik sebagai bagian dari komitmen keberlanjutan perusahaan dalam mengurangi penggunaan pestisida.
Astra Agro juga mendorong peningkatan pemanfaatan pupuk organik sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas secara berkelanjutan.
Direktur Astra Agro Area Kalimantan Tengah, Dulmanap, menjelaskan bahwa Astemic, produk pupuk organik yang ditemukan oleh tim R&D Astra Agro di laboratorium riset PT GSIP, merupakan pusat penelitian utama perusahaan.
Selain mampu menghambat pertumbuhan ganoderma, pupuk ini juga dapat mengoptimalkan penyerapan hara bagi tanaman.
Sejak tahun 2023, Astra Agro telah mengimplementasikan penggunaan pupuk Astemic yang berasal dari mikroorganisme tanah yang diperoleh dari lahan perkebunan mereka sendiri.
Bakteri endofit yang terdapat pada mikroorganisme ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan agen biokontrol lainnya karena keberadaannya dalam jaringan tanaman, sehingga mampu bertahan terhadap tekanan biotik dan abiotik.
Dulmanap menjelaskan bahwa eksplorasi bakteri ini dilakukan di lahan-lahan perkebunan sawit Astra Agro di area Kalimantan Tengah.
Setelah formulasi, uji kualitas dan performa pupuk Astemic dilakukan pada tahap bibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM), dan tanaman yang sudah menghasilkan (TM).
“Kami melakukan uji coba implementasi Astemic dengan mengurangi penggunaan pupuk non-organik sebesar 25%, dan hasilnya menunjukkan stabilitas pertumbuhan tanaman yang tetap terjaga, memungkinkan aplikasi di seluruh lahan perkebunan sawit,” ujarnya.
Proses uji coba ini berlangsung selama 7 tahun, dimulai pada tahun 2016 hingga 2023. Hasilnya adalah formula dan prosedur aplikasi pupuk Astemic yang mudah dan efektif untuk diterapkan di seluruh anak perusahaan Astra Agro.
Penulis: Yusro
Editor: Andrian