
INTIMNEWS.COM, PALANGKA RAYA – Media pembelajaran merupakan salah satu faktor penting yang digunakan dalam peningkatan kualitas pendidikan. Ada berbagai macam media pembelajaran yang dapat di terapkan sebagai penunjang guru dalam menyampaikan materi pembelajarannya. Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat, siswa dapat belajar dengan lebih efektif dan menyenangkan serta tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dengan adanya suatu media pembelajaran diharapkan dapat membantu siswa memahami konsep-konsep yang kompleks dengan lebih mudah dan meningkatkan kemampuan mereka dalam berbagai bidang.
Pada kesempatan ini, penulis ingin berbagi pengalaman terkait media pembelajaran yang pernah digunakan dalam menyampaikan materi pembelajarannya. Media pembelajaran ini di beri nama Puzzle Kebudayaan, penggunaan media pembelajaran ini menerapkan metode pembelajaran Problem Base Learning ( PjBL ). Pada metode ini siswa dituntut untuk menyelesaikan suatu permasalahan, melakukan suatu investigasi dan menghasilkan suatu produk. Produk tersebut bisa berupa laporan, presentasi maupun karya lainnya.
Alasan kenapa penulis memberikan nama puzzle kebudayaan, dikarenakan puzzle ini berkaitan erat dengan mata pelajaran Pendidikan Pancasila pada materi BAB 4 Melestarikan Budaya Bangsaku. Isi dari puzzle ini juga berkaitan dengan kebudayaan bangsa Indonesia terkhusus budaya suku Dayak, diantaranya adalah Gambar Tari Mandau, Tari Dadas, Sejata tradisional seperti Mandau, Sumpit / Sipet, Makanan khas suku Dayak seperti Wadi, Tempoyak dan lain-lain. Alasan lainnya kenapa penulis membuat puzzle dengan tema kebudayaan suku Dayak ialah karena penulis berpendapat sebelum siswa mengenal kebudayaan diluar sana, maka siswa penting untuk tahu kebudayaan asli daerahnya terlebih dahulu. Dengan harapan agar siswa memiliki jati diri dan bangga sebagai orang Dayak.
Pengaplikasian media pembelajaran ini dengan cara guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok dibagi satu puzzle dengan gambar yang berbeda untuk di susun bersama-sama, ketika puzzle telah terpecahkan maka tugas dari masing-masing kelompok untuk berdiskusi dan menjawab pertanyaan yang telah guru siapkan terkait puzzle tersebut, selanjutnya setiap kelompok bergantian untuk mempresentasikan temuannya di depan kelas, kemudian ada sesi tanya jawab antara kelompok yang menyimak terhadap kelompok yang sedang presentasi.
Di akhir sesi guru meluruskan pendapat atau jawaban yang belum lengkap atau jawaban yang tidak sesuai. Kegiatan penerapan model pembelajaran Problem Base Learning ( PjBL ) dengan media pembelajaran puzzle kebudayaan yang dilakukan oleh penulis dapat dilihat di chanel youtube penulis di link berikut : https://youtu.be/sVofyGnfkLs
Berdasarkan pendapat penulis media pembelajaran seperti ini lebih memancing siswa untuk aktif bertanya, menjawab dan berpendapat. Hal ini membuat pembelajaran lebih hidup dimana siswa tidak hanya mendengarkan guru berceramah ( teacher centre ), akan tetapi pembelajaran bisa berjalan dua arah dengan memberikan kesempatan kepada siswa ( student centre ) untuk berani berbicara didepan teman-temannya dan menyampaikan pendapatnya.
Di akhir tulisan ini, penulis sadar akan keterbatasan dalam pembuatan dan penerapan media pembelajaran ini. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan, karena walaupun penulis adalah seorang guru tetapi penulis meyakini bahwa guru harus terus belajar dan berinovasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan memberikan yang terbaik kepada siswa atau yang dikenal dengan istilah guru belajar sepanjang hayat.
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Palangka Raya
Program Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Lutfi Dwi Saputra
2440301100003