
INTIMNEWS.COM, KASONGAN – Antrean panjang kendaraan terjadi setiap hari di SPBU 64.744.003 milik PT Insan Mulia Raya, Kasongan, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Fenomena ini telah berlangsung hampir dua pekan terakhir.
Setiap hari, pengendara terlihat datang sejak pagi hari agar mendapat giliran lebih awal. Antrean kendaraan mulai dari sepeda motor, mobil pribadi, hingga truk barang mengular hingga ke badan jalan.
Karena lokasi SPBU berada di ruas Jalan Tjilik Riwut, jalur utama Trans Kalimantan yang menghubungkan antar kabupaten dan badan jalan yang sempit, mengakibatkan antrean tersebut kerap mengganggu arus lalu lintas dan membuat pengendara lain harus ekstra hati-hati saat melintas.
“Kejadian ini sudah hampir dua minggu, antreannya panjang. Dari pagi sampai malam antrean terus penuh. Kadang sudah lama menunggu, ternyata BBM-nya sudah habis, terutama Pertalite,” ujar Arul (25), mahasiswa asal Kasongan, Jumat 20 Juni 2025.
Keluhan serupa disampaikan Wahyu (32), seorang ayah dua anak. Ia mengaku harus beralih ke BBM jenis Pertamax Turbo karena Pertalite dan Pertamax biasa sudah habis.
“Saya kemarin isi BBM antre juga lama. Malah akhirnya pakai Pertamax Turbo karena yang subsidi dan Pertamax biasa juga habis,” keluhnya.
Beberapa warga menilai antrean panjang tak hanya disebabkan oleh tingginya permintaan, tetapi juga sistem verifikasi QR Code MyPertamina untuk pembelian BBM subsidi yang memperlambat proses pengisian per kendaraan.
Selain itu, muncul pula kekhawatiran dari masyarakat akan potensi praktik pelangsiran BBM bersubsidi yang memperburuk kondisi di lapangan.
Menanggapi hal tersebut, pengawas lapangan SPBU 64.744.003, Rahman, menjelaskan bahwa pasokan BBM dari depo memang mengalami pengurangan, baik dari Depo Sampit maupun Pulang Pisau.
“Untuk saat ini memang pengiriman BBM dari depo ada pengurangan. Itu memengaruhi ketersediaan harian di SPBU kami,” ujar Rahman.
Fenomena serupa juga terjadi di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur. Bahkan, Komisi III DPRD setempat telah mengundang pihak Pertamina dari Depo Sampit, tempat SPBU Kasongan mendapatkan stok untuk memberikan penjelasan.
SPBU PT Insan Mulia Raya menjadi satu-satunya SPBU aktif di Kota Kasongan. Satu SPBU lainnya di Desa Hampalit (Kereng Pangi) kerap kehabisan stok, sehingga seluruh permintaan terpusat di SPBU Kasongan.
“Mobil dari luar daerah yang melintas di Katingan juga ikut antre, menambah panjang antrean,” jelas Rahman.
Ia menambahkan, turunnya harga BBM non-subsidi seperti Pertamax juga membuat pengguna beralih ke Pertalite. Hal ini turut meningkatkan tekanan terhadap stok BBM subsidi di SPBU Kasongan.
Menurut Rahman, antrean semakin padat karena sejumlah pertashop hampir 10 hari sudah di wilayah kecamatan sekitar tidak beroperasi lantaran stok BBM tidak terdistribusi lancar akibat pengurangan tadi. Akibatnya, warga dari luar Kasongan terpaksa mengisi BBM di Kota Kasongan.
“Mobil dari luar Kasongan juga antre di sini. Karena SPBU cuma satu yang aktif, semua terpusat ke kami,” ucapnya.
Ia menyebutkan bahwa distribusi Pertalite masih relatif lancar. Namun, untuk Dexlite dan Pertamax, pasokannya baru kembali normal dalam tiga hari terakhir.
“Semoga awal bulan Juli sudah kembali normal, mohon bersabar,” katanya.
Terkait kekhawatiran masyarakat, Rahman berharap pemberitaan media bisa membantu memberikan pemahaman terhadap kondisi aktual di lapangan.
Ia menegaskan bahwa pihak SPBU tetap berupaya maksimal melayani masyarakat sesuai kapasitas dan pasokan yang tersedia.
Sementara untuk mencegah pelangsiran, pihaknya telah menerapkan sistem pengendalian melalui barcode kendaraan.
Warga pun berharap pemerintah daerah bersama Pertamina segera mengambil langkah konkret.
Mereka juga meminta pengawasan distribusi diperketat agar tidak ada oknum yang menyalahgunakan situasi kelangkaan BBM subsidi. Ketegasan terhadap pelanggaran di lapangan dinilai penting untuk memastikan distribusi subsidi tepat sasaran.
Penulis: Maulana Kawit